Wednesday, April 16, 2014

Mane`e kearifan lokal Talaud

Warga setempat, mengartikan Mane`e sebagai melaksanakan sesuatu atas dasar kerja sama, kebersamaan dan persatuan.

Semangat kebersamaan inilah yang kemudian menjadi inspirasi warga Pulau Kakorotan, pulau bersebelahan dengan Pulau Intata, menangkap ikan tanpa menggunakan bom atau racun seperti yang biasa dilakukan nelayan di tempat lain.


Tradisi Mane`e kemudian dikemas begitu rupa oleh Pemerintah Kabupaten Talaud menjadi sebuah kegiatan bertajuk Festival Mane`e, ikon pariwisata baru kabupaten yang dimekarkan dari kabupaten induk, Sangihe dan Talaud. 

Kenapa harus bulan Mei? Menurut Yusuf Talau, pria uzur warga Desa Kakorotan, di bulan ini biasanya air akan surut pada titik terendah sehingga hamparan terumbu karang (nyare, sebutan warga), tampak jelas dan tidak tertutup seluruhnya oleh air laut. 

Pada pukul 11.00-12.00 WITA, menjadi titik terendah air surut, di Pulau Intata dan beberapa pulau lainnya yang berdekatan.  "Tapi prosesi mengurung ikan menggunakan tali yang dililit janur sudah berlangsung sejak air mulai surut di pagi hari," katanya. 

Sehari sebelum tradisi Mane`e ini dimulai, warga dipimpin seorang ratumbanua atau tua-tua adat setempat menggelar sebuah ritual adat yang disebut "malahaan" atau sebuah upacara syukur. Pada ritual ini, segala perlengkapan yang akan digunakan dalam prosesi adat Mane`e didoakan. Perahu, tali hutan yang dililit janur, hingga 200-an warga pilihan harus mendapat restu.

"Tak ada yang tidak akan didoakan. Jalannya prosesi hingga perlengkapan yang digunakan harus didoakan sehingga adat ini bisa berjalan baik dan mendapat restu sang pencipta," katanya. Tali yang digunakan pun bukan tali sembarangan karena harus diambil dalam hutan oleh beberapa orang kampung Kakorotan secara sukarela. Penggalan-penggalan tali ini kemudian dirangkai menjadi panjang.

Tak sampai di situ. Tali hutan yang panjangnya hampir 600 meter kemudian dililit dengan janur atau daun kelapa yang masih muda dari ujung hingga pangkal. Tali yang dililit janur ini kemudian ditarik perahu mengelilingi sebuah cekungan yang masih terisi air. Para pria yang ditunjuk kemudian menggerak-gerakkan lilitan janur dan secara perlahan mendorong ke perairan dangkal sekira seukuran lutut orang dewasa. 

Sebelum menangkap ikan di sebuah cekungan yang dikurung dengan lilitan janur, ratumbanua memulai upacara adat dengan bahasa setempat. "Ratumbanua yang akan memulainya kemudian dilanjutkan dengan tamu. Setelah itu prosesi penangkapan ikan dilakukan," ungkapnya. Ribuan orang yang mengikuti upacara adat Mane`e ini kemudian menyerbu ke lokasi yang telah dikurung janur ini. Tua, muda, pejabat atau orang biasa, larut dalam suasana ini.

Tidak ada yang bersinggungan perasaan apalagi dendam selama prosesi yang berlangsung sekira 30 menit akibat tangan yang saling berebutan, membungkuk, duduk, terjerembab karena saling dorong, atau beradu cepat menangkap ikan. "Hasil tangkapan ikan akan dikumpul, dibagi kepada tamu dan warga yang ikut proses adat Mane`e," kata Camat Nannusa, Martin L Binambuni.

Menurut dia, ada pesan yang harus diserap warga atau tamu yang ikut prosesi adat Mene`e ini. Bila daerah tangkapan rusak karena perilaku buruk, nelayan yang akan mengalami kesulitan karena hasil tangkapannya berkurang. Lainnya, melakukan sesuatu secara bersama-sama dalam bingkai persatuan akan membawa hasil yang memuaskan. 

"Inilah pesan filosofi yang mau diangkat dari sebuah proses adat Mane`e di Pulau Intata ini," katanya.
Digarap Serius. Sekretaris Daerah Kabupaten Talaud, Djemi Gagola mengatakan, prosesi adat Mane`e yang kemudian dikemas menjadi sebuah festival yang kemudian mendatangkan ribuan orang, harus digarap serius.
Sarana pendukung pariwisata dengan kemudahan-kemudahan akses transportasi akan memberikan kenyamanan kepada wisatawan.

Dia mengakui, fasilitas yang dibangun di pulau Intata belum lengkap dan seiring waktu masih perlu pengembangan-pengembangan menjadi daerah wisata yang menjanjikan di waktu mendatang. Menurut dia banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Talaud, dan Pulau Intata khususunya, tak sebanding dengan Bali dan tempat tujuan wisata lainnya di luar Sulawesi Utara. Tapi, dia optimis, apabila pemerintah membangun fasilitas serta infrastruktur pendukung pariwisata dan sukses melakukan promosi wisata di berbagai negara dan iven, Pulau Intata pasti akan dikunjungi. Di sisi lain, Gubernur Provinsi Sulawesi Utara, Sinyo Harry Sarundajang saat berkunjung ke Pulau Intata melihat festival Mane`e tanggal 21 Mei 2012 mengatakan, prosesi adat Mane`e unik dan tidak ada di tempat lain.

 "Tuhan menyediakan alam dengan pesona dan kekayaan yang melimpah di Pulau Intata dengan keunikan tersendiri," ujarnya.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, kata dia, akan membantu membenahi infrastruktur pendukung serta membangun pengaman pantai untuk mencegah abrasi. Menurut warga setempat, prosesi adat Mane`e juga dilakukan di Pulau Kakorotan dan Pulau Malo, yang berada beberapa ratus meter dari Pulau Intata.

Mereka yang diberi tanggung jawab melaksanakan prosesi ini adalah ahli waris atau garis keturunan yang diturunkan secara temurun.
Pulau Intata adalah bagian gugusan kepulauan di Nannusa dengan luasan sekitar 28 kilometer persegi. Pulau ini tidak berpenghuni. Di bagian Selatan dan Barat menyediakan pesona pasir putih. Sedangkan di bagian Timur tekstur pantainya berbatu.

Transportasi utama menuju pulau ini menggunakan kapal Pelni yang singgah di Pulau Kakorotan sepekan sekali dengan waktu tempuh empat sampai enam jam menuju ibu kota kabupaten, Melonguane. Bisa juga menggunakan kapal sewaan khusus untuk wisatawan.

Sumber: http://manado.antaranews.com/berita/16435/manee-kearifan-lokal-budaya-temurun-pulau-kakorotan

No comments:

Post a Comment