Saturday, March 22, 2014

Pemrov Sulut bantu pengembangan pisang abaka Talaud



Manado, 22/3(AntaraSulut) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara membantu pengembangan pisang abaka sebagai penghasil serat berkualitas tinggi di Kepulauan Talaud.

"Kami telah memberikan bantuan mesin produksi serat pisang abaka kepada petani di Kepulauan Talaud," kata Kepala Dinas Perkebunan Sulawesi Utara (Sulut) Jenny Karouw di Manado, Sabtu.


Menurut Jenny, kualitas serat pisang abaka di kabupaten kepulauan itu merupakan yang terbaik sehingga harus menjadi salah satu program prioritas untuk dikembangkan secara profesional.
"Mutu serat pisang abaka di Talaud adalah terbaik sehingga pengusaha negara tetangga Filipina berani membeli dengan harga yang tinggi hingga Rp100.000 per kilogram," jelas Jenny.
Sekretaris Dinas Perkebunan Sulut Refly Ngantung mengatakan serat pisang abaka (muxa textilis) dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kertas uang.

"Pisang abaka merupakan jenis tanaman endemik yang hanya tumbuh di daerah Filipina, Ekuador dan Sulut khususnya di Kepulauan Talaud," kata Refly.
Menurut dia, beberapa produk turunan serat pisang abaka, antara lain tali kapal, kertas saring, kertas stensil, kertas rokok, kertas uang, masker atau pakaian modis, tas, tempat tidur gantung dan masih banyak lagi.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulut Luctor E. Tapiheru mengatakan, serat pisang abaka dari Talaud merupakan salah satu yang terbaik di dunia, sehinga pemerintah perlu melihat potensi daerah perbatasan khususnya Talaud.

"Kami memberikan perhatian lebih pada pengembangan serat pisang abaka di Talaud karena merupakan produk unggulan dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Luctor mengatakan, Bank Indonesia sejak 2012 terus mendukung pengembangan pisang abaka dengan memberi bantuan bibit sebanyak 13.500 anakan untuk lahan seluas 13,5 hektare.

Dia menjelaskan, Pemerintah Kabupaten Talaud mengembangkan pisang abaka di atas lahan seluas 5.000 hektare dengan produktivitas berkisar 2-4,5 ton per hektare. Ke depan, pihaknya memproyeksikan produksi dapat ditingkatkan menjadi 20.000 ton per tahun, sehingga dapat memenuhi kebutuhan nasional dan global.
Kajian Bank Indonesia Perwakilan Sulut menemukan permintaan dunia terhadap serat pisang abaka mencapai 600.000 ton per tahun, kata Luctor.

No comments:

Post a Comment