Kabupaten
Kepulauan Talaud adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia .
Kabupaten ini berasal dari pemekaran Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud
pada tahun 2000. Kabupaten Kepulauan Talaud terletak di sebelah utara Pulau
Sulawesi. Wilayah ini adalah kawasan paling utara Indonesia , berbatasan dengan
Filipina di sebelah utara.
Kabupaten
Kepulauan Talaud membutuhkan investasi proyek
pembangunan. Proyek jalan nasional di Talaud rencananya akan dibangun sepanjang
91 km dengan anggaran Rp 14 milliar.
Kecamatan:
Beo, Essang, Gemeh, Kabaruan, Lirung, Melonguane, Nanusa, Rainis
Kabupaten
Kepulauan Talaud
BENTUKNYA
memang sangat kecil, hanya berukuran 70-90 milimeter. Hobinya terbang
melayang-layang di antara dedaunan kelapa. Namun, jangan sepelekan serangga
ini. Meski hanya seekor belalang kecil, dia sanggup menghabiskan daun-daun
kelapa. Akibatnya, tanaman menjadi kerdil dan produksi melorot, dari rata- rata
satu ton per hektar menjadi sekitar 400 kilogram per hektar.
HAMA
sexava-belalang kecil berwarna hijau atau coklat-sempat mengganas antara tahun
2000-2002 dan merupakan pengulangan serangan ganas tahun 1980-an. Tahun 2002
Dinas Pertanian meminta bantuan pemerintah pusat untuk menyediakan obat-obatan
pembasmi hama dan bibit kelapa baru. Upaya itu berhasil meningkatkan
produktivitas kelapa menjadi 700 kilogram per hektar. Dengan luas areal 21.180
hektar, produksi kelapa 15.822 ton.
Meski
produksi mulai membaik, petani kelapa tetap harus waspada terhadap serangan
sexava. Pencegahan mulai dilakukan dengan menanam pala di sekitar tanaman
kelapa untuk menghalangi serangga itu meletakkan telurnya di tanah.
Sayang,
kelapa sudah tidak bisa menjadi komoditas andalan daerah pecahan Kabupaten
Kepulauan Sangihe Talaud ini. Padahal, tanaman kelapa banyak diusahakan
masyarakat dan ditanam turun-temurun. Meski tidak bisa dijadikan sumber mata
pencaharian, hasilnya masih bisa dipakai memenuhi kebutuhan rumah tangga,
seperti minyak kelapa, kopra, dan bumbu masak.
Perkebunan
tetap menjadi sentra kegiatan ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud. Pada tahun
2002 lapangan usaha ini memberi kontribusi terbesar Rp 123 miliar atau sekitar
45 persen dari total kegiatan ekonomi. Penduduk yang bekerja di perkebunan
sekitar 20 persen.
Pala,
kopi, kakao, vanili, lada, dan cengkeh masih bisa diandalkan. Namun, komoditas
pala yang diunggulkan. Tanaman yang sering dijadikan manisan ini tersebar
merata di seluruh kecamatan. Produksi tahun 2002 turun 3,5 persen dari tahun
sebelumnya. Namun, penurunan produksi ini tak mempengaruhi kesejahteraan petani
karena masa produksi pala tidak mengenal waktu. Bahkan saat berakhirnya musim
kemarau, sekitar Oktober dan November, produksi pala meningkat 70-80 persen
dari produksi normal.
Masyarakat
kabupaten bermoto sansiotte
sampate-pate yang berarti ajakan masyarakat Talaud selalu bekerja
bersama-berat maupun ringan-ini sejak dulu mengusahakan pala sebagai tanaman
ekonomis. Bahkan sejak zaman penjajahan Belanda, pala menjadi komoditas
perdagangan penting. Proses pemeliharaan yang mudah dan harga jual yang cukup
tinggi merupakan faktor pendorong untuk menanam pala.
Tidak
hanya biji pala yang diperjualbelikan. Bunga pala yang disebut fuli juga
bernilai ekonomis tinggi. Fuli biasanya digunakan untuk bumbu masak dan minyak
gosok. Harga jual biji pala sekitar Rp 14.000 per kilogram. Belum lagi fuli, Rp
26.000-Rp 30.000 per kilogram. Tidak mengherankan jika pala menjadi komoditas
favorit petani Talaud.
Sebenarnya,
tidak hanya biji dan bunga pala yang bernilai ekonomis. Daun dan buahnya juga
bisa digunakan. Biasanya, buah pala dijadikan manisan dan daunnya untuk bumbu
masak. Di Talaud, kedua bagian tanaman itu belum termanfaatkan optimal. Daun
dan buahnya hanya dibakar setelah tanaman selesai dipanen. Namun, ada beberapa
kelompok masyarakat yang memanfaatkan buahnya untuk bahan manisan dan selai
roti walau pemasarannya terbatas pada skala lokal. Hasil pala Talaud dibawa
menyeberangi Laut Sulawesi oleh pedagang pengumpul sampai ke Pelabuhan Bitung
dan Manado .
Selanjutnya, dari dua pelabuhan itu, pala Talaud diekspor ke mancanegara.
Perkebunan
memang mendominasi kegiatan ekonomi pertanian Kepulauan Talaud. Namun, jangan
memandang sebelah mata kegiatan pertanian tanaman pangan yang masih menyimpan
potensi. Dari segi tenaga kerja, sekitar 50 persen penduduk Talaud
bermata pencaharian di bidang pertanian tanaman pangan. Hal ini didukung
potensi lahan pertanian 6.000 hektar
yang baru termanfaatkan sekitar lima persen.
Sangat
disayangkan, semua potensi tersebut belum tergarap maksimal. Untuk tanaman padi
saja, produksi tahun 2002 menurun sekitar 30 persen dari tahun sebelumnya,
begitu juga luas panen. Sarana prasarana pertanian seperti irigasi masih belum
dikelola dengan baik. Banyak bangunan irigasi yang rusak dimakan usia karena
konstruksinya tidak dirancang untuk jangka waktu lama.
Semua
potensi yang dimiliki Talaud tidak akan ada artinya jika tidak dapat dipasarkan
ke luar daerah. Kondisi fisik yang terdiri atas 16 pulau tersebar di Laut
Sulawesi menjadi kendala utama. Meskipun ada lima dermaga, di Pulau Karakelang, Salibabu,
Kaburuan, Miangas, dan Karatung, hanya Pelabuhan Lirung yang bisa dilabuhi
kapal-kapal besar. Pelabuhan di Pulau Salibabu ini merupakan dermaga terpanjang
dan dijadikan pusat perdagangan Talaud.
http://allv14nt.blogspot.com/ |
Sumber: Kompas
No comments:
Post a Comment