Wednesday, January 21, 2004

Kabupaten Kepulauan Talaud

Kabupaten Kepulauan Talaud adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Kabupaten ini berasal dari pemekaran Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud pada tahun 2000. Kabupaten Kepulauan Talaud terletak di sebelah utara Pulau Sulawesi. Wilayah ini adalah kawasan paling utara Indonesia, berbatasan dengan Filipina di sebelah utara.

Kabupaten Kepulauan Talaud membutuhkan investasi proyek pembangunan. Proyek jalan nasional di Talaud rencananya akan dibangun sepanjang 91 km dengan anggaran Rp 14 milliar.


Kecamatan: Beo, Essang, Gemeh, Kabaruan, Lirung, Melonguane, Nanusa, Rainis

Kabupaten Kepulauan Talaud

BENTUKNYA memang sangat kecil, hanya berukuran 70-90 milimeter. Hobinya terbang melayang-layang di antara dedaunan kelapa. Namun, jangan sepelekan serangga ini. Meski hanya seekor belalang kecil, dia sanggup menghabiskan daun-daun kelapa. Akibatnya, tanaman menjadi kerdil dan produksi melorot, dari rata- rata satu ton per hektar menjadi sekitar 400 kilogram per hektar.

HAMA sexava-belalang kecil berwarna hijau atau coklat-sempat mengganas antara tahun 2000-2002 dan merupakan pengulangan serangan ganas tahun 1980-an. Tahun 2002 Dinas Pertanian meminta bantuan pemerintah pusat untuk menyediakan obat-obatan pembasmi hama dan bibit kelapa baru. Upaya itu berhasil meningkatkan produktivitas kelapa menjadi 700 kilogram per hektar. Dengan luas areal 21.180 hektar, produksi kelapa 15.822 ton.

Meski produksi mulai membaik, petani kelapa tetap harus waspada terhadap serangan sexava. Pencegahan mulai dilakukan dengan menanam pala di sekitar tanaman kelapa untuk menghalangi serangga itu meletakkan telurnya di tanah.

Sayang, kelapa sudah tidak bisa menjadi komoditas andalan daerah pecahan Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud ini. Padahal, tanaman kelapa banyak diusahakan masyarakat dan ditanam turun-temurun. Meski tidak bisa dijadikan sumber mata pencaharian, hasilnya masih bisa dipakai memenuhi kebutuhan rumah tangga, seperti minyak kelapa, kopra, dan bumbu masak.

Perkebunan tetap menjadi sentra kegiatan ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud. Pada tahun 2002 lapangan usaha ini memberi kontribusi terbesar Rp 123 miliar atau sekitar 45 persen dari total kegiatan ekonomi. Penduduk yang bekerja di perkebunan sekitar 20 persen.

Pala, kopi, kakao, vanili, lada, dan cengkeh masih bisa diandalkan. Namun, komoditas pala yang diunggulkan. Tanaman yang sering dijadikan manisan ini tersebar merata di seluruh kecamatan. Produksi tahun 2002 turun 3,5 persen dari tahun sebelumnya. Namun, penurunan produksi ini tak mempengaruhi kesejahteraan petani karena masa produksi pala tidak mengenal waktu. Bahkan saat berakhirnya musim kemarau, sekitar Oktober dan November, produksi pala meningkat 70-80 persen dari produksi normal.

Masyarakat kabupaten bermoto sansiotte sampate-pate yang berarti ajakan masyarakat Talaud selalu bekerja bersama-berat maupun ringan-ini sejak dulu mengusahakan pala sebagai tanaman ekonomis. Bahkan sejak zaman penjajahan Belanda, pala menjadi komoditas perdagangan penting. Proses pemeliharaan yang mudah dan harga jual yang cukup tinggi merupakan faktor pendorong untuk menanam pala.

Tidak hanya biji pala yang diperjualbelikan. Bunga pala yang disebut fuli juga bernilai ekonomis tinggi. Fuli biasanya digunakan untuk bumbu masak dan minyak gosok. Harga jual biji pala sekitar Rp 14.000 per kilogram. Belum lagi fuli, Rp 26.000-Rp 30.000 per kilogram. Tidak mengherankan jika pala menjadi komoditas favorit petani Talaud.

Sebenarnya, tidak hanya biji dan bunga pala yang bernilai ekonomis. Daun dan buahnya juga bisa digunakan. Biasanya, buah pala dijadikan manisan dan daunnya untuk bumbu masak. Di Talaud, kedua bagian tanaman itu belum termanfaatkan optimal. Daun dan buahnya hanya dibakar setelah tanaman selesai dipanen. Namun, ada beberapa kelompok masyarakat yang memanfaatkan buahnya untuk bahan manisan dan selai roti walau pemasarannya terbatas pada skala lokal. Hasil pala Talaud dibawa menyeberangi Laut Sulawesi oleh pedagang pengumpul sampai ke Pelabuhan Bitung dan Manado. Selanjutnya, dari dua pelabuhan itu, pala Talaud diekspor ke mancanegara.

Perkebunan memang mendominasi kegiatan ekonomi pertanian Kepulauan Talaud. Namun, jangan memandang sebelah mata kegiatan pertanian tanaman pangan yang masih menyimpan potensi. Dari segi tenaga kerja, sekitar 50 persen penduduk Talaud bermata pencaharian di bidang pertanian tanaman pangan. Hal ini didukung potensi lahan pertanian 6.000 hektar yang baru termanfaatkan sekitar lima persen.

Sangat disayangkan, semua potensi tersebut belum tergarap maksimal. Untuk tanaman padi saja, produksi tahun 2002 menurun sekitar 30 persen dari tahun sebelumnya, begitu juga luas panen. Sarana prasarana pertanian seperti irigasi masih belum dikelola dengan baik. Banyak bangunan irigasi yang rusak dimakan usia karena konstruksinya tidak dirancang untuk jangka waktu lama.

Semua potensi yang dimiliki Talaud tidak akan ada artinya jika tidak dapat dipasarkan ke luar daerah. Kondisi fisik yang terdiri atas 16 pulau tersebar di Laut Sulawesi menjadi kendala utama. Meskipun ada lima dermaga, di Pulau Karakelang, Salibabu, Kaburuan, Miangas, dan Karatung, hanya Pelabuhan Lirung yang bisa dilabuhi kapal-kapal besar. Pelabuhan di Pulau Salibabu ini merupakan dermaga terpanjang dan dijadikan pusat perdagangan Talaud.

http://allv14nt.blogspot.com/
Transportasi penduduk antarpulau di wilayah ini dilayani kapal motor milik swasta dan dua kapal perintis. Sayang, kapal-kapal tersebut hanya melayani pelayaran lokal tiga kali seminggu dan sekali seminggu untuk pelayaran perintis.

www.skyscrapercity.com
Transportasi udara hanya melayani rute Melonguane-Manado. Itu pun tidak setiap hari, satu minggu hanya tiga kali penerbangan. Transportasi udara dan laut lancar saat musim kemarau. Jika musim penghujan tiba, jalur transportasi laut dan udara terhambat. Begitu juga sarana telekomunikasi yang masih menggunakan fasilitas satelit yang sangat tergantung cuaca. Kendala-kendala ini merupakan pekerjaan rumah yang harus cepat diselesaikan Pemerintah Kabupaten Talaud. Itu sebabnya dalam realisasi APBD 2003 hampir 80 persen belanja pembangunan dialokasikan untuk perbaikan fasilitas transportasi dan telekomunikasi.

Sumber: Kompas

No comments:

Post a Comment